Dinamika Politik di Bulan Maria
Oleh Pemuda Malaka: Yanuarius Bere Helo .
Bulan Maria, yang jatuh pada bulan Oktober, merupakan waktu yang sarat makna bagi umat Katolik.
Selain menjadi bulan yang dikhususkan untuk menghormati Bunda Maria, bulan ini juga seringkali menjadi momen refleksi bagi banyak masyarakat dalam konteks politik.
Dalam konteks politik di Indonesia, bulan ini bisa menjadi titik balik bagi para pemimpin dan calon pemimpin untuk merenungkan kembali komitmen mereka terhadap masyarakat.
Di tengah memanasnya suasana politik menjelang pemilu, penting bagi para politisi untuk tidak hanya mengejar suara, tetapi juga untuk kembali pada nilai-nilai moral dan etika. Bulan Maria mengingatkan kita akan pentingnya kepemimpinan yang berbasis pada kasih, pengertian, dan keadilan.
Di saat banyak isu yang mengemuka, seperti korupsi, ketidakadilan sosial, dan polarisasi masyarakat, para pemimpin perlu menunjukkan integritas dan tanggung jawab yang tinggi.
Kita juga perlu mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dalam proses politik.
Di bulan Maria, saat kita merayakan kasih dan pengorbanan, sudah saatnya kita mengingatkan diri kita bahwa suara kita memiliki kekuatan untuk membawa perubahan.
Masyarakat harus lebih kritis terhadap calon pemimpin yang tidak hanya menjanjikan janji, tetapi juga memiliki rekam jejak yang baik dalam melayani kepentingan publik.
Akhirnya, bulan Maria bisa menjadi momentum untuk membangun harapan dan visi baru bagi bangsa.
Dengan meneladani sikap Bunda Maria yang penuh kasih dan pengabdian, kita dapat berharap akan lahirnya pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat.
Mari kita jadikan bulan ini sebagai pengingat akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam politik, untuk Indonesia yang lebih baik. (*)