Oleh : Ps Bobby Butar Butar MTh
Kontroversi yang berkembang
Ada pandangan-pandangan yang beredar di masyarakat mengenai di manakah Yesus saat ia berusia antara 12 tahun sampai 30 tahun, yaitu periode 18 tahun dalam hidup-Nya yang tidak tercatat di Alkitab.
Banyak versi yang berusaha menjelaskan keberadaan Yesus pada masa tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa pada masa itu Yesus pergi ke India untuk belajar, sehingga Ia bisa melakukan berbagai mujizat. Ada juga seorang penulis buku yang bernama Andreas Faber Kaiser dengan judul buku “Jesus Died in Kashmir” ia mengatakan bahwa Yesus pergi ke Tibet untuk mempelajari pengertian mengenai ilahi dan mempelajari hukum-hukum budha.
Ia juga menulis bahwa Yesus tidak mati dan naik ke Surga, melainkan pergi ke Kashmir untuk menyembuhkan luka-lukanya dan tinggal disana, kemudian menikah, punya anak dan meninggal pada usia lanjut.
Sebagian dari umat Kristiani mungkin merasa kesal dengan tulisan-tulisan tersebut. Namun, suka atau tidak, hal-hal yang demikianlah yang tersebar dan mempengaruhi pandangan masyarakat umum. Sebagai orang percaya, saya berusaha menggali dan menganalisa fakta-fakta di Alkitab dan sejarah budaya Yahudi untuk “meluruskan” persepsi yang keliru dan tidak historis tersebut dengan memberikan jawaban yang Alkitabiah dan sesuai fakta.
Pencatatan usia Yesus
Eksistensi Yesus sebagai manusia pertama kali dicatat ketika malaikat Gabriel datang kepada Maria dan mengatakan bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus (Matius 1:18-20; Lukas 1:26-35). Sebelum berinkarnasi menjadi manusia, Ia adalah Firman Allah yang maha kuasa, Allah itu sendiri (Yohanes 1:1-14). Penampakan pertama atau kelahiran Yesus ke dalam dunia tercatat dengan jelas di Alkitab. Kitab Matius mencatat bahwa Ia dilahirkan di kota Betlehem yang berada di wilayah Yudea, suatu wilayah yang berada dibawah pemerintahan raja Herodes (Matius 2:1). Wilayah Yudea sebagai bagian dari tanah Palestina pada masa tersebut sedang berada dalam penjajahan kerajaan Romawi.
Penampakan kedua dari Yesus, adalah saat ia berusia delapan hari dan dibawa oleh Yusuf dan Maria untuk disunat menurut hukum Taurat. “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lukas 2:21).
Dasar dari pelaksanaan sunat itu sendiri berasal dari perintah Tuhan kepada Abraham, bahwa: “Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.” (Kejadian 17:12).
Setelah genap waktu pentahiran, yaitu 40 hari setelah Maria melahirkan Yesus (Imamat 12:1-4) maka menurut hukum Taurat Musa, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah di Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Allah, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah” dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati (Lukas 2:22-24). Penyerahan kepada Allah ini disaksikan oleh Simeon dan Hanna. Kemudian dalam tradisi Kristen, penyerahan seorang anak kepada Allah disebut sebagai “Penyerahan Anak”.
Yesus berusia empat puluh hari saat “diserahkan” kepada Allah sesuai dengan hukum Taurat. Alkitab kemudian menulis, “Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”. (Lukas 2:39-40).
Penampakan ketiga adalah ketika Yesus berusia 12 tahun. Injil Lukas 2:42 menulis, “Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.” Dari uraian ayat-ayat di atas, kelihatan bahwa Yesus selama ini, yaitu sejak kelahiran hingga berusia 12 tahun selalu berada bersama orang tuanya di kota Nazareth yang berada di wilayah Galilea.
Penampakan keempat menurut catatan Injil Lukas adalah ketika Yesus berusia 30 tahun (Lukas 3:23). Pada usia inilah ia dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan dan memulai pelayanan-Nya yang penuh dengan kuasa dan mujizat. Ia melayani selama kira-kira tiga tahun dan kemudian disalibkan, mati dan bangkit serta naik ke Surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang mempercayai-Nya (Yoh 3:16; Yoh 14:1-3).
Dimanakah Yesus
Dari analisa fakta Alkitab dapat dilihat bahwa ada rentang waktu yang cukup panjang yaitu antara usia 12 tahun – 30 tahun, dimana tidak ada penampakan atau aktivitas Yesus yang tercatat.
Rentang waktu inilah yang kemudian dijadikan bahan “kontroversi” oleh sejumlah penulis. Akan tetapi apabila seseorang memahami dengan baik mengenai budaya Yahudi, yaitu budaya dimana Yesus lahir dan dibesarkan, maka rentang waktu tersebut bukanlah sesuatu yang aneh dan kontroversi. Mengapa?
Menurut tradisi Yahudi, seseorang dianggap dewasa, matang, cukup umur untuk mengajar adalah saat berusia 30 tahun. Inilah usia dimana seseorang mulai “diakui” sebagai guru (rabbi) oleh lingkungan masyarakat Yahudi. Yesus yang lahir dan besar dalam budaya tersebut mengetahui hal itu dengan pasti.
Itulah mengapa, ia mulai muncul dan mengajar ketika berusia 30 tahun. Kitab-kitab Injil yang ditulis dalam budaya Yahudi juga merefleksikan hal yang sama. Para penulisnya tidak mengganggap perlu untuk menulis kisah hidup Yesus sebelum usia 30 tahun maupun keseluruhan aktivitasnya selama tiga tahun mengajar dan melakukan mujizat karena: “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu”. (Yohanes 21:25).
Jadi para penulis Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) hanya memilih untuk menulis kisah, ajaran maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia, yaitu untuk menjadi Juru Selamat yang menebus dosa manusia. Bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan Allah, Anak Allah, Raja yang Kekal, Penasehat Ajaib dan hanya dalam nama-Nya saja ada keselamatan atas semua manusia (KPR 4:12).
Berkaitan dengan alasan kemunculannya pada usia 30 tahun telah terjawab.
Sekarang, dimanakah Yesus sesudah berusia 12 tahun? Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan: yaitu tahap pertama adalah Yeled (usia bayi), kedua Yonek (usia menyusu), ketiga Olel (lebih tua lagi dari menyusu), keempat Gemul (usia disapih), kelima Taph (usia mulai berjalan), keenam Ulem (anak-anak), ketujuh Na’ar (mulai tumbuh remaja) dan kedelapan Bahar (usia remaja).
Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil, kita hanya membaca 3 klasifikasi usia saja yang ditulis, yaitu bayi (yeled), usia menyusu (Yonek), yaitu ketika Ia diserahkan di Bait Allah di hadapan Simeon dan Hanna, dan remaja (bahar) saat berusia 12 tahun ketika diajak Yusuf dan Maria ke Yerusalem.
Mengapa Yesus diceritakan kehadiran-Nya di Bait Allah pada usia 12 tahun? Karena usia dua belas bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting. Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Firaun, Samuel menerima suara yang berisi visi Ilahi, Salomo mulai menerima Hikmat Allah dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem.
Pada usia 12 tahun seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitzvah (anak Hukum Taurat). Sementara bagi anak perempuan upacaranya disebut Bat Mitzvah. Upacara ini secara literal menunjukkan bahwa seorang anak remaja mulai bertanggung jawab secara penuh atas segala perbuatannya di hadapan Tuhan.
Dalam rangkaian ritual Yahudi itu, Yesus harus melakukan ‘aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga thepilin Shabat. Sejak abad Pertengahan, usia Bar Mitzvah dilakukan pada usia 13 tahun. Menurut literatur Yahudi abad pertengahan, Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruach (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan baginya nishama (reasonable soul, “jiwa akali”).
Mulai usia 20 tahun seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (Beyt Midrash). Sedangkan tahapan-tahapan pendidikan Yahudi sebagai berikut: Mikra (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun, membaca Mishna mulai usia 10 tahun, mempelajari Talmud pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun), studi Midrash (tafsir ayat-ayat kitab suci) pada usia 20 tahun, dan sejak usia 30 tahun baru boleh mengajar di depan muka umum dan khalayak ramai.
Bagaimana dengan Yesus? Sebagai seorang anak, ia menempuh semua proses pendidikan Yahudi tersebut. Ia menempuh pendidikan seperti halnya anak-anak Yahudi lainnya. Diluar waktu sekolah, ia membantu orang tuanya untuk membuat perkakas dari kayu. Alkitab mencatat: “Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?” (Matius 13:54-55).
Apalagi Alkitab juga mengisahkan bahwa tampaknya Yusuf meninggal lebih dahulu daripada Maria. Maka sesuai dengan tradisi Yahudi, sebagai anak sulung, secara sosial ekonomi Yesus harus menjadi tulang punggung kehidupan keluarga untuk membantu ibu-Nya, Maria. Hari-hari kehidupan-Nya diisi dengan studi dan membantu ekonomi keluarga-Nya.
Kesimpulan
Dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Yesus, latar belakang agama, budaya dan sosial ekonomi, jelas bahwa kontroversi cerita-cerita mengenai 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak tercatat sama sekali tidak mempunyai landasan yang kuat secara historis.
Berdasarkan analisa yang sudah dipaparkan, selama 18 tahun tersebut, atau saat berusia antara 12 tahun – 30 tahun, Yesus tinggal bersama keluarganya di Nazareth. Ia menempuh pendidikan seperti layaknya anak-anak Yahudi dan juga membantu orang tuanya sebagai tukang kayu (carpenter).
Mengapa kisah kehidupan-Nya baru dicatat mendetail setelah usia 30 tahun? Karena dalam tradisi Israel (Yahudi), pada usia inilah seseorang “dianggap” matang untuk mengajar dan berkotbah. Dan, pada usia inilah tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia menjadi kelihatan nyata melalui pengajaran dan mujizat yang dilakukan-Nya.
Yaitu untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang, dan menggenapinya dengan kematian-Nya di kayu salib yang menebus dosa dunia (Lukas 4:18-19; Yohanes 3:16; Yohanes 14:16).
Dengan demikian spekulasi mengenai keberadaan Yesus di Tibet, India, baik untuk belajar Budha, Yoga, dsb adalah cerita fiktif yang tidak dapat dibuktikan secara historis.
Referensi:
Alkitab
David H. Stern, Jewish New Testament Commentary (Maryland, USA: Jewish New Testament Publications, Inc. 1995)
Hayyim Halevy Donin, To Be A Jew. A Guide to Jewish Observance in Contemporary Life (Tel Aviv: Basic Book, 1991).
wikipedia.org/wiki/Yesus