BeritaRohaniRohani Kristen

Sejarah Gereja Katolik Paroki Besikama Dan Awal Mula Agama Katolik Di Besikama

27
×

Sejarah Gereja Katolik Paroki Besikama Dan Awal Mula Agama Katolik Di Besikama

Sebarkan artikel ini

Malaka, NTT, Obornusa.Com— Paroki Santo Yohanes Baptista Besikama Sejak 12 November 1913, P. Petrus Noyen, SVD dan P. Arnoldus Verstaelen, SVD membuat sebuah perjalanan misi melintasi Pulau Timor menggunakan kuda sebagai kendaraan tradisional pada masa itu.

 

Modal transportasi yang diandalkan adalah kuda. Mereka bergerak dari Lahurus sebagai pusat misi Pulau Timor saat itu menuju ke Atapupu menyinggahi Sadi dan Wehor.

 

Dari Atapupu, mereka melanjutkan perjalanan ke Atambua, Naitimu, terus ke Sufa (Manufui). Dari Manufui mereka melanjutkan perjalanan menuju Maubesi dan kembali ke Oelolok. Keduanya terus bergerak ke bagian selatan Pulau Timor yakni ke Tubaki (Kerajaan Wehali) dan terus ke Besikama (Pusat Kerajaan Wewiku).

 

Dari bagian Selatan kedua pastor tersebut kembali lagi ke Lahurus. Di setiap tempat persinggahan, keduanya tidak kenal lelah memerkenalkan iman Katolik kepada setiap orang yang ditemui.

 

Agama Katolik masuk ke Besikama diperkirakan pada tahun 1913. Orang-orang yang dipermandikan pertama di Besikama adalah Maria Seuk Kati dari Kabukalaran pada usia 56 Tahun, pada 14 September 1916 oleh P. Fransiskus De Lange, SVD.

 

Sebulan kemudian P. De Lange, SVD mempermandikan lagi 3 orang anak pada 17 Oktober 1916, Mauritus Klau Baran (usia 6 tahun) dan dua orang kakak beradik: Alfonsius Kase Asa (5 tahun) dan Simon Seran (2 tahun) dari Lawain.

 

Menurut catatan sejarah Gereja Keuskupan Atambua, paroki Besikama resmi berdiri sebagai paroki pada Tahun 1934. Sejak waktu itu, Besikama sebagai paroki terpisah dari Paroki Tubaki (sekarang Paroki Betun).

 

Empat tahun kemudian tepatnya tahun 1938, P. Fransiskus De Lange, SVD mulai menetap di Besikama sebagai Pastor Paroki pertama di Paroki Besikama. Untuk merayakan ekaristi kudus, umat mendirikan sebuah bangunan di bagian barat gereja sekarang (bekas gedung gereja dikenal sebagai gedung paroki).

 

Hingga saat ini, gedung tersebut hanyalah menjadi bahan cerita karena puing-puing reruntuhannya pun sudah diterjang banjir Benenai. Saat itu, wilayah Paroki Besikama meliputi seluruh Wilayah Biudukfoho (sekarang Paroki St. Mikhael Biudokfoho), Webriamata (Paroki St. Yohanes Rasul Webriamata), Weoe (sekarang paroki Salib Suci Weoe), dan Wilayah Ulun (sekarang Paroki Kleseleon).

 

Wilayah layanan Paroki Besikama sangat luas karena Besikama merupakan pusat Kerajaan Wewiku dan kebiasaan misi bahwa dimana ada pusat kerajaan, disitu misi menetap. Untuk melayani umat dengan jangkauan wilayah yang begitu luas, peranan kaum awam sangatlah penting

 

Dari informasi lisan yang diperoleh, ada beberapa awam yang sangat berperan membantu para pastor melayani umat Allah yakni Albertus Seran (sering dikenal dengan nama Ambe Kuru Hoarama), Aloysus Klau (Umatoos) dan Albertus Teti. Mereka adalah pioner iman Katolik di wilayah Kenaian Wewiku, yang selalu setia memperkenalkan Kristus kepada umat yang masih menganut agama asli.

 

Roh Allah terus ber-hembus dan berkarya melalui para guru agama untuk menyebarkan iman Katolik bagi umat Besikama. Para guru agama tidak kenal lelah memberikan katekese dari lingkungan ke lingkungan dengan modal transportasi kuda bahkan berjalan kaki, tujuannya hanya satu yakni memerkenalkan iman Katolik dan mengantar mereka untuk dipermandikan. Menurut penuturan lisan yang pernah dituturkan oleh Alm. Wilibrodus Bria, (putera dari Albertus Seran)

 

Salah satu lagu yang selalu digemakan di tengah umat untuk mengantar umat mengenal Kristus adalah Lagu Kroman Kristus.

 

Ambei Kuru Hoar Ama berkarya melayani Paroki Besikama hingga 13 Januari 1987 menghembuskan nafas terakhir. Selain menyebarkan iman Katolik, para imam dan Guru Agama pun mendirikan sekolah-sekolah Katolik yakni SD dan SMP.

 

Sejak permandian pertama pada 14 September 1916 sampai dengan tahun 1919 umat yang dibaptis sebanyak 840 orang. Gedung gereja pertama berdiri diatas pondasi dan tiangnya dari batang kelapa bulat dengan atap alang-alang dan dibangun oleh seorang bruder dan para tukang dari Atambua, pada tahun 1938.

 

Pada tahun 1964 atas inisiatif dari P. J. Brummelhuis, SVD, membuka sekolah pertukangan di Paroki Besikama dan mendatangkan Br. Hendrick Ulan, SVD dari Atambua untuk mendirikan gedung Gereja secara parmanen (yang sekarang masih dipakai). Untuk mendekatkan dan demi efektivitas pelayanan pas-toral kepada umat, maka terus menerus diupayakan pemekaran paroki. Paroki-paroki yang dimekarkan dari Paroki Santo Yohanes Baptista antara lain Paroki Santo Mikhael Biudokfoho (1959); Paroki St. Yohanes Rasul Webriamata (1966); Paroki Salib Suci Weoe (1985); dan Paroki Santo Antonius Padua Kleseleon (2003). Keadaan Paroki Jumlah umat Paroki Besikama per 31 Desember 2014 adalah 16.106 jiwa, yang terdiri dari 3.037 KK, tersebar di 110 KUB, 34 Lingkungan dan 2 Stasi.

 

Tanah untuk pembangunan gereja dan pastoran diperoleh dari Raja Leunhas dengan status hak milik paroki. Batas-batas paroki: Utara berbatasan dengan Paroki Kleseleon; Selatan berbatasan dengan laut Timor ; Timur berbatasan dengan Paroki Bolan; dan Barat berbatasan dengan Paroki Webriamata.

 

Misi Gereja Katolik, selain menyebarkan iman Katolik, para misionaris dengan kaum awam mendirikan sekolah-sekolah Katolik yang sangat berkualitas di Kabupaten Malaka.

 

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak SDM yang berkualitas adalah jebolan sekolah misi tersebut. Jumlah SDK sebanyak 10 Lembaga yakni SDK Sukabilulik, SDK Sikun, SDK Fafoe, SDK Umatoos, SDK Besikama I, SDK Besikama II, SDK Loomota, SDK Rabasa, SDK Maroerai dan SDK Bateti; sedangkan SMP Katolik satu-satunya adalah SMPK St. Isidorus Besikama.

 

Sejak berdiri hingga saat ini, tercatat ada 13 Pastor Paroki. Tercatat Pastor Fransiskus De Lange, SVD adalah pastor yang pertama melayani Paroki Besikama. Selanjutnya berturut-turut: P. Hubert Smith, SVD; P. Nikolas Both, SVD; P. J. Brummelhuis, SVD (22 Mei 1958-Mei 1979); P. Roger Alasan, SVD (20 Mei 1979- November 1981); Rm. Arnold Bau Morset, Pr (6 November 1981-Mei 1984); Rm. Bartholomeus Bere, Pr (20 Mei 1984-Mei 1987); Rm. Aloysius Kosat, Pr (1994-1997); Rm. Moses Olin, Pr (25 September 1997-Februari 1999); Rm. Kornelis Salem, Pr (6 Februari 1999-2000); Rm. Stefanus Boisala, Pr (2000-2001); Rm. Pius Nahak, Pr (2001 – 2018), dan Rm. Cyrilus Timo (2018 hingga sekarang).

 

Selain sebagai pastor paroki ada juga pastor lain yang pernah berkarya melayani umat paroki Besikama, antara lain, P. C.V.D Hemel, SVD; P. C. Noyen, SVD; P. Kerchof, SVD; P. Berschback, SVD; P. Y. Pessers, SVD; P. A.V.D. Hogen, SVD; P. S. Keller, SVD; P. H. Sieben, SVD; P. Anton Soree, SVD; P. A. Kelner, SVD; P. H.Thometzki, SVD; P. A. Bergermans, SVD; P. Willi Yakob, SVD; P. Yoseph Block, SVD; Rm. Marsel Seran,Pr ; P. N. Carrol, SVD (ex); Rm. Marianus Bere, Pr ; Rm. Gerardus Salu, Pr; Rm. Alex Kobesi, Pr (ex); Rm. Crisantus Lake, Pr; Rm. Amandus Nahas, Pr (ex); Rm. Gerardus Bani, Pr dan Rm. Fransiskus Naikofi, Pr.

 

Selain para pastor, tercatat juga sejumlah besar awam Katolik yang tergabung dalam DPP dan DKP. Hingga tahun 2014, Paroki Besikama memiliki 28 Lingkungan yakni Lingkungan Besikama A; Besikama B; Umatoos A; Umatoos B; Umatoos C; Umamolin;Umalor; Lasaen-Umakitar; Beikolo- Beisuri; Kakeunlaran-Tooskreis; Laleten; Rabasa; Loomota Besin; Lomota Lalawar; Fafoe; Katara; Sikun; Sukabilulik; Bateti Loofoun; Bateti; Berasi; Wemean-Tubaslaran; Ikumuan-Makfatin; Lawain; Beilout; Kampung Pegawai; Lawalu dan Leorae.(**)

 

Penyusun dan Editor: (Rm. Pius Nahak, Pr. dan Yosef ML. Hello, SPd., M.Hum)

Sumber; Akun Facebook Ans Dawa.