OBORNUSA.COM – Politik adalah instrumen kekuasaan yang seharusnya menjadi jembatan menuju kesejahteraan bersama.
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov. NTT), peran pembesar partai politik menjadi krusial dalam memastikan bahwa anggota-anggota dewan yang dilantik bekerja dengan sungguh-sungguh untuk membangun setiap daerah kabupaten.
Namun, apakah cita-cita luhur ini telah benar-benar terejawantah dalam realitas?
Kritik Terhadap Pembesar Partai Politik di Nusa Tenggara Timur
Sebagai penjaga arah kebijakan partai, pembesar partai politik memiliki tanggung jawab moral untuk mengawal visi dan misi yang dijanjikan kepada rakyat. Sayangnya, realitas di lapangan sering kali berbicara sebaliknya. Banyak anggota dewan yang lebih sibuk dengan agenda pribadi daripada memperjuangkan kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini, pembesar partai cenderung abai atau bahkan permisif terhadap anggota-anggota dewan yang tidak produktif, sehingga kehilangan kontrol dan arah.
Fakta ini menunjukkan lemahnya mekanisme pengawasan internal partai terhadap kadernya di parlemen. Alih-alih menjadi motor penggerak perubahan, mereka sering terjebak dalam pragmatisme politik jangka pendek, seperti mempertahankan kekuasaan atau memperluas jejaring kepentingan. Akibatnya, pembangunan di berbagai kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) berjalan stagnan, bahkan terhenti, karena kebijakan yang tidak pro-rakyat atau tumpang tindih dengan prioritas partai.
Tuntutan Membangun Kesejahteraan Bersama
Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov. NTT) membutuhkan fokus pada isu-isu mendasar seperti kemiskinan, pendidikan, dan infrastruktur yang masih jauh dari kata layak. Dalam konteks ini, pembesar partai harus menjadi teladan dalam menegaskan komitmen partainya pada kesejahteraan rakyat. Langkah ini dapat dimulai dengan:
1. Penguatan Seleksi Kader: Hanya kader yang kompeten, integritas tinggi, dan memiliki visi pembangunan yang jelas yang harus diberi kepercayaan menduduki kursi legislatif.
2. Evaluasi Kinerja Dewan: Pembesar partai wajib melakukan evaluasi berkala terhadap kinerja anggota dewan dan memberikan sanksi tegas kepada mereka yang gagal menjalankan amanah.
3. Dialog dengan Masyarakat: Partai politik harus mendorong anggotanya untuk terjun langsung mendengarkan aspirasi masyarakat di daerah, bukan hanya saat mendekati pemilu.
4. Kolaborasi Antardaerah: Pembesar partai harus mendorong sinergi lintas kabupaten untuk merancang kebijakan pembangunan yang terpadu dan merata di seluruh Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menolak Retorika Kosong
Saat ini, masyarakat Nusa Tenggara Timur semakin sadar akan pentingnya hasil nyata daripada janji-janji politik. Oleh karena itu, pembesar partai yang masih mengedepankan retorika kosong tanpa tindakan konkret akan kehilangan legitimasi di mata rakyat. Mereka harus menggeser paradigma kepemimpinan dari sekadar menjaga kekuasaan menuju aksi nyata yang berdampak pada kesejahteraan.
Pembangunan yang berkelanjutan di Prov. NTT hanya mungkin terwujud jika partai politik sebagai institusi utama dalam demokrasi mampu menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan serius. Kini, bola ada di tangan para pembesar partai untuk membuktikan bahwa politik bukan sekadar arena perebutan kekuasaan, tetapi alat untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Rakyat menunggu, dan sejarah akan mencatat!
Oleh: Kokan Masan, S.Fil