Obornusa.com-Hari ini 01 juli 2024 Gereja Katolik memperingati orang-orang kudus yang sangat menginspirasi dalam hal mempertahankan iman Katolik dengan semangat pewartaan Injil melalui cara hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Orang Kudus Katolik
Santo Veronika dari Binasko, Perawan Veronica adalah seorang gadis desa dan anak petani sederhana di sebuah desa dekat kota Milano. Ia mempunyai bakat dan bawaan yang luar biasa untuk mengerjakan segala macam pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dianggap tak berarti. Tugas-tugas yang diserahkan kepadanya selalu diselesaikannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Ia memang tidak tahu membaca dan menulis namun terbuka kepada Allah dan kokoh imannya. Hal ini membuat dia disenangi orang. Hal itu pulalah yang menghantar dia ke pintu gerbang hidup membiara. Gadis desa ini kemudian menjadi suster di biara Santa Martha di kota Milano.
Badannya yang kurang sehat karena ia sering sakit. Meskipun demikian ia tetap rajin melaksanakan setiap tugas yang dibebankan pimpinan kepadanya. Kehidupan rohaninya pun tetap dipeliharanya dengan doa dan Kurban Misa setiap hari. Semboyan hidupnya sederhana: “Saya akan terus bekerja selama saya masih sanggup dan selama masih ada waktu.” Cita-citanya yang luhur untuk mengabdi Tuhan dan sesama setulusnya, mendorong dia untuk melakukan setiap pekerjaan dengan ujud yang murni. Ia tampak sabar dan tabah serta ramah kepada rekan-rekannya.
Kebiasaannya merenungkan sengsara Kristus memberi dia penghiburan dalam semua pengalamannya yang pahit. Akhirnya ia meninggal dunia dengan tenang pada tahun 1497.
Santo Adrian Fortoscue, Martir
Adrian lahir pada tahun 1476. Beliau adalah seorang perwira ordo Malta dan keponakan istri kedua Henry VIII. Karena tidak mengakui Raja Henry VIII sebagai kepala Gereja di Inggris, ia dipenggal di Tower, London pada tahun 1539.
Sir Adrian Fortescue adalah anak seorang bangsawan Inggris bernama Sir John Fortescue, yang adalah saudara sepupu dari ayah Lady Anne Boleyn. Ia adalah seorang patriot; seorang Kesatria dari Ordo Malta dan berpartisipasi dalam perang Inggris melawan Perancis pada tahun 1513 dan 1523. Ia juga adalah seorang katolik yang saleh, anggota Ordo Ketiga Dominikan.
Saat reformasi anglikan meletus pada tanggal 29 Agustus 1534, Sir Adrian ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan. Ia sempat dibebaskan sebentar, namun ditangkap kembali karena tidak mau mengangkat sumpah setia kepada raja Henri VIII sebagai kepala Gereja. Kesetiaannya kepada Bapa Suci di Roma membuat Sir Adrian Fortescue kemudian dijatuhi hukuman mati. Ia dipenggal di Tower of London pada tanggal 9 Juli 1539.
Ordo Kesatria Malta telah menganjurkan devosi kepada martir Sir Adrian Fortescue sejak abad ke-17. Gereja akhirnya memaklumkan kekudusan martir ini pada 13 Mei 1895 saat ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII.
Kesembilanbelas Martir kota Gorkum
Pada tanggal 26 Juni 1572 kota Gorkum jatuh ke tangan para bajak laut Belanda yang beragama Protestan. Penduduk memang mendapat jaminan keselamatan dan keamanan hidupnya, namun para imam dan biarawan tahu dan insyaf bahwa meraka akan mengalami banyak hambatan dalam karyanya, bahkan terancam juga hidup mereka. Untuk itu mereka seyogianya bersedia dan menanggung segala akibat buruk dari pendudukan itu.
Mereka menyiapkan batin dengan mengaku dosa-dosanya dan menerima Komuni Kudus. Betullah dugaan mereka. Para bajak laut itu segera menangkap dan memenjarakan mereka. Selama delapan hari mereka diadili dan disiksa. Di antara mereka terdapat dua orang Pastor Gorkum, yakni Pater Leonardus Vechel dan Pater Nikolas Poppel. Bersama mereka ada juga 9 orang imam dan 2 orang bruder Ordo Saudara-saudara Dina Santo Fransiskus, di bawah pimpinan Pater Nikolas Pieck. Beberapa hari kemudian ditangkap lagi Pastor Joanes, seorang imam Dominikan disebuah desa tak jauh dari Gorkum, seorang imam dan dua orang bruder Tarekat Santo Norbertus.
Pada tanggal 6 Juli para rohaniwan itu dibawa dengan kapal ke kota Brielle. Sepanjang perjalanan mereka terus disiksa dan tidak diberi makan. Keesokan harinya kapal itu berlabuh di pelabuhan Brielle. Lumey, kepala komplotan bajak laut itu datang menjemput mereka di pelabuhan. Mereka diolok-olok dan diarak menuju tiang gantungan yang sudah disiapkan di pasar. Mereka ditanyai perihal ketaatannya kepada Sri Paus di Roma dan imannya akan kehadiran Kristus di dalam Sakramen Mahakudus. Atas pertanyaan Lumey, soerang Bruder Fransiskan dengan tegas menjawab: “Saya meyakini semua yang diajarkan Gereja Katolik dan dipercayai oleh pemimpin biaraku.”
Pater Nikolas Pieck, pemimpin biara Fransiskan itu dibebaskan karena keseganan para bajak laut itu terhadapnya. Tetapi Pater Nikolas sendiri tidak tega hati membiarkan rekan-rekannya disiksa. Ia menolak meninggalkan saudara-saudaranya sendirian menanggung penderitaan karena imannya. Lumey membujuk mereka untuk meninggalkan imannya dan menyangkal kepemimpinan Sri Paus atas Gereja. Namun usahanya ini sia-sia saja. Para martir itu dengan gigih mempertahankan imannya dan rela mati demi imannya.
Lumey yang sudah hilang kesabarannya itu segera memerintahkan anak buahnya untuk menggantung para martir itu ditiang gantungan. Seorang imam tua yang sudah berusia 70 tahun mendapat giliran terakhir. Para penjahat itu bimbang dan bermaksud melepaskan imam tua itu. Tetapi imam tua itu dengan senang hati menyerahkan diri untuk digantung agar dapat mati bersama saudara-saudaranya yang lain. Demikianlah kesembilanbelas martir itu menjadi korban kebencian kaum Protestan Calvinis Belanda pada tanggal 9 Juli 1672, karena imannya akan kehadiran Kristus dalam Sakramen Mahakudus dan kesetiannya kepada Sri Paus di Roma sebagai pemimpin Gereja.***